MEDIA JAWA TIMUR - Aceh memiliki banyak tradisi lebaran yang masih dilestarikan hingga kini. Sebagai daerah yang mayoritas penduduknya adalah Muslim, Aceh memiliki banyak tradisi yang unik dan menarik.
Salah satu tradisi lebaran di Aceh adalah Meugang atau juga dikenal dengan berbagai sebutan antara lain Makmeugang, Haghi Mamagang, Uroe Meugang, atau Uroe Keuneukoh.
Dilansir Media Jawa Timur dari situs resmi Pemkot Banda Aceh, Gang dari kata Meugang merupakan bahasa Aceh yang artinya, pasar. Pada hari-hari biasa pasar tidak banyak dikunjungi masyarakat.
Namun menjelang bulan Ramadan, Idul Fitri, dan Idul Adha masyarakat mulai ramai mengunjungi pasar. Setelah itu muncul istilah “Makmu that gang nyan" atau "Makmeugang" yang artinya makmur sekali pasar itu.
Meugang merupakan tradisi lebaran yang telah muncul bersamaan dengan penyebaran agama Islam di Aceh sekitar abad ke-14 M. Ali Hasjimy menyebutkan bahwa tradisi ini sudah dimulai sejak masa kerajaan Aceh Darussalam.
Tradisi meugang ini dilaksanakan oleh kerajaan di istana yang dihadiri oleh para sultan, menteri, para pembesar kerajaan serta ulama. Raja memerintahkan kepada balai fakir yaitu badan yang menangani fakir miskin dan dhuafa untuk membagikan daging, pakaian dan beras kepada fakir miskin dan dhuafa.
Baca Juga: Empat Wisata Gratis di Jember Selama Libur Lebaran 2022: Ada Pantai Watu Ulo Hingga Pantai Papuma
Semua biayanya ditanggung oleh bendahara Silatu Rahim, yaitu lembaga yang menangani hubungan negara dan rakyat di kerajaan Aceh Darussalam.