Berdasarkan kisah yang berkembang di masyarakat, Raja Singo Barong konon berkepala harimau dan di atasnya bertengger burung merak.
Dengan ditambah bunyi-bunyian maka jadilah iring-iringan Prabu Klana Sewandono dan Prabu Singo Barong itu menjadi pertunjukan sebagaimana yang diinginkan Putri Songgolangit.
Iring-iringan itulah yang kemudian hari disebut sebagai kesenian reog sebagaimana yang kita saksikan saat ini.
Reog, sering diidentikkan dengan dunia hitam, preman atau jagoan. Minuman keras dan juga kendalanya. Tak lepas pula kekuatan supra natural.
Hal ini didasari oleh gerak yang ditampilkan para pelaku jenis kesenian khas Ponorogo, Jawa Timur, Reog Ponorogo, sekilas tampak kesan mistis di dalamnya.
Barongan mempertunjukkan keperkasaan dalam mengangkat dadak berat seberat sekitar 40 kilogram dengan kekuatan gigitan sepanjang pertunjukan berlangsung.
Instrumen pengiringnya, kempul, ketuk, kenong, genggam, ketipung, angklung dan terutama salompret, menyuarakan nada slendro dan pelog yang memunculkan atmosfir mistis, aneh, eksotis sekaligus membangkitkan gairah.
Baca Juga: Pemprov Jatim Gelar 'Canthing Jawi Wetan Go Global' : Pameran Batik hingga Pagelaran Seni