Risiko Puasa Ramadan di Tengah Pandemi COVID-19 Bagi Penderita Diabetes, Berikut Penjelasannya

- 19 April 2021, 12:00 WIB
Ilustrasi tes kadar gula darah selama puasa Ramadan di tengah pandemi COVID-19.*
Ilustrasi tes kadar gula darah selama puasa Ramadan di tengah pandemi COVID-19.* /Pixabay/peejhunt

MEDIA JAWA TIMUR - Puasa Ramadan merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap muslim yang memenuhi syarat. Tidak jarang, umat muslim yang memiliki penyakit tetap berusaha melaksanakan meski terdapat keringinan bagi mereka, yaitu boleh tidak menjalankan dengan membayar fidyah dalam jumlah tertentu.

Bagi para penderita diabetes, puasa Ramadan bisa dikecualikan apabila dianggap berbahaya bagi keselamatan.

Saat penderita diabetes melaksanakan puasa, artinya mereka tidak akan mengonsumsi obat kecuali di waktu sahur dan berbuka. Hal tersebut tentu menjadi tantangan tersendiri yang harus dilalui.

Baca Juga: Besaran Nilai Fidyah yang Harus Dibayar karena Tidak Puasa Ramadan Beserta Niatnya

Baca Juga: Ibu Hamil Bisa Puasa? Berikut Tips Sehat yang Sebaiknya Dilakukan

Sebelum memutuskan untuk melaksanakan ibadah puasa, ada baiknya para penderita diabetes kronis untuk konsultasi dengan dokter mereka agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

Dilansir mediajawatimur.com dari Boldsky.com pada 19 April 2021, sekitar 43 persen penderita diabetes tipe 1 dan 79 persen penderita diabetes tipe 2 di seluruh dunia masih memilih untuk berpuasa selama bulan Ramadan.

Laporan International Diabetes Federation Atlas Ninth Edition 2019 baru-baru ini menunjukkan bahwa sekitar 112 juta penderita diabetes dapat memilih untuk berpuasa selama Ramadan, dari 463 juta orang di seluruh dunia.

Baca Juga: Ini Penjelasan Kenapa Tes Swab Corona Tidak Membatalkan Puasa

Saat berpuasa, karena ketiadaan makanan (glukosa), kadar insulin turun. Secara bersamaan, sinyal dikirim ke hati dan otot untuk merangsang pemecahan glikogen yang disimpan dan memberikan energi.

Pada penderita diabetes, baik insulin dan hormon counterregulatory lainnya terganggu dan puasa dapat memperburuk kondisi yang menyebabkan konsekuensi yang parah. Ini karena, pada beberapa penderita diabetes, produksi glukagon (keton) juga gagal, dan dengan tidak adanya glukosa dan glukagon, tubuh menjadi terlalu tidak berenergi.

Seperti yang kita ketahui bahwa pada penderita diabetes sistem kekebalan tubuh sudah terganggu hingga batas tertentu, risiko COVID-19 pada individu tersebut lebih banyak dibandingkan dengan orang lainnya.

Baca Juga: Manfaat dan Risiko Kesehatan dari Puasa: Turunkan Berat Badan hingga Tingkatkan Stres dan Gangguan Tidur?

Baca Juga: Waspada Kebiasaan Berbahaya di Bulan Ramadan! Termasuk Makan Banyak Karbohidrat saat Sahur

Puasa pada saat-saat seperti itu bisa berisiko karena dapat menurunkan kekebalan jika tidak ada pola makan yang tepat dan meningkatkan risiko COVID-19. Ini dapat memperburuk diabetes karena asupan makanan yang berkurang dan kadar glukosa yang sangat rendah menyebabkan hipoglikemia.

Oleh karena itu, para ahli menyarankan untuk lebih fokus untuk tetap bugar dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh, daripada berpuasa selama pandemi dan memperburuk kondisi Anda.

Pengurangan asupan obat diabetes akibat puasa juga menjadi penyebab hiperglikemia.

Rencana pengelolaan diabetes yang tepat harus dibuat sebelum melaksanakan puasa. Kadar glukosa harus dipantau berkali-kali dalam sehari untuk mencegah komplikasi. Ini terutama untuk individu yang sedang menjalani suntikan insulin.***

Editor: Yuliana Kristianti

Sumber: Boldsky


Tags

Terkait

Terkini