MEDIA JAWA TIMUR - Dramaturgi XVII di tahun 2021 tidak digelar di Gedung Kesenian Cakdurasim, Surabaya, melainkan secara virtual. Alasan utamanya agar tidak ada kerumunan penonton di tengah pandemi Covid-19.
Cerita yang diangkat oleh Dramaturgi XVII adalah cerpen karya Intan Paramaditha yang berjudul "Perempuan Buta Tanpa Ibu Jari".
Pentas tahunan ini sukses digelar pada 28 Desember 2021 meski dilangsungkan secara online. Hal ini karena banyak penggemar teater yang selalu menantikannya setiap tahun.
Baca Juga: Pentas Dramaturgi XVII Angkat Cerpen 'Perempuan Buta Tanpa Ibu Jari', Pukau Ratusan Penonton
Sutradara Dramaturgi XVII Nur Eliana Rosyadah mengatakan, salah satu tantangan yang dihadapi adalah mengangkat cerpen. Sedangkan, biasanya, Dramaturgi mengangkat naskah drama.
Butuh waktu lebih untuk membuat dialog dari naskah drama, membuat konsep untuk setting latar, dan sebagainya.
"Dramaturgi beberapa edisi sebelumnya menggunakan naskah drama, baru edisi kali ini yang menggunakan cerpen, dan ini menjadi tantangan tersendiri. Karena kami harus nulis secara detail dialog, pergerakan, plotting, blocking" ungkapnya kepada Mediajawatimur.com pada 31 Desember 2021.
Dipilihnya cerpen tersebut berangkat dari tim mayoritas diikuti oleh perempuan. Lailatul Badriyah memperoleh rekomendasi dari produser pementasan yakni Puji Karyanto, S.S., M.Hum., untuk menampilkan naskah drama tentang keperempuanan.