Anjing Pelacak Covid-19 Mulai Dipekerjakan di Beberapa Negara, Meskipun Masih Banyak Hambatan

13 Juni 2021, 17:26 WIB
Seekor anjing pelacak yang dilatih untuk mendeteksi penyakit coronavirus (COVID-19) di tempat-tempat yang sering dikunjungi bekerja di bandara internasional Santiago, Chili, 21 Desember 2020. / REUTERS / Ivan Alvarado / File Photo/

MEDIA JAWA TIMUR - Menurut banyak penelitian laboratorium, hidung anjing adalah pendeteksi Covid-19 yang hebat.

Itulah kenapa, anjing pelacak Covid-19 sudah mulai bekerja di bandara beberapa negara.

Bahkan di Amerika Serikat, anjing pelacak Covid-19 telah ditugaskan di beberapa acara, seperti pertandingan bola basket Miami Heat beberapa waktu lalu.

Baca Juga: Olimpiade Tokyo Hadapi Ancaman Heatstroke Selain COVID-19, Ini Komentar Pakar Kesehatan di Jepang

Namun demikian, beberapa ahli di bidang kesehatan masyarakat, dan juga pakar pelatihan anjing pelacak mengatakan, bahwa dibutuhkan lebih banyak informasi dan perencanaan untuk memastikan keakuratannya dalam situasi di kehidupan nyata.

“Sebab tidak ada standar nasional untuk anjing pelacak," menurut Cynthia M. Otto, Direktur Penn Vet Working Dog Center di University of Pennsylvania School of Veterinary Medicine, dan juga salah satu penulis makalah penggunaan anjing pelacak untuk pendeteksi Covid.

Baca Juga: Australia Izinkan Warganya yang Tinggal di India Pulang Kampung, Setelah Wabah COVID-19 di Sydney Teratasi

Sementara Lois Privor-Dumm, seorang peneliti kesehatan masyarakat di Universitas Johns Hopkins dan penulis senior makalah tersebut mengatakan, tidak diragukan lagi bahwa anjing memiliki potensi besar di bidang medis.

Tapi dia masih ingin mengeksplorasi, bagaimana anjing ini bisa dikerahkan dalam skala besar, seperti oleh Pemerintah.

“Apa saja pertimbangan etisnya? Apa pertimbangan regulasi? Seberapa praktis ini? ” tanyanya.

Baca Juga: Bekerjasama dengan FBI, Polda Jatim Berhasil Pecahkan Kasus Pembobolan Bantuan Covid-19 Amerika oleh WNI

Tidak hanya kualitas pendeteksian, tetapi logistik, dan biaya akan menjadi pertimbangan utama.

"Kualitas pendeteksian juga menjadi pertimbangan paling utama. Pendeteksian terhadap bau-bauan medis jauh lebih rumit ketimbang bom atau narkoba seperti yang selama ini melibatkan anjing pelacak," timpal Dr. Otto yang juga adalah salah satu komite di Institut Nasional Standar dan Teknologi yang sekarang mengembangkan standar untuk anjing pendeteksi aroma dalam berbagai situasi, termasuk deteksi Covid.

Seekor anjing pelacak yang ditugaskan di airport untuk melacak narkoba atau bahan peledak mempunyai konteks yang konsisten terhadap bau yang ditargetkan.

Baca Juga: Manfaat Hewan Peliharaan bagi Kesehatan Mental, Hidup Lebih Menyenangkan!

Sementara untuk mendeteksi COVID, seperti yang para periset telah ungkap, anjing pelacak ini bisa membedakan antara keringat atau urin orang-orang yang terinfeksi. Tapi para periset belum tahu, bahan kimia apa yang bisa diidentifikasi oleh anjing ini.

Karena bau manusia berbeda-beda, anjing pendeteksi medis harus dilatih pada banyak orang yang berbeda.

“Kami memiliki semua etnis dan usia, makanan apa yang mereka konsumsi, serta hal-hal yang membuat manusia mengeluarkan bau tertentu,” kata Dr. Otto.

Baca Juga: Efek Samping Vaksin AstraZeneca: Potensi Risiko Pembekuan Darah

Padahal menurut Dr. Otto, ada banyak gejala dengan banyak kondisi medis yang mirip dengan Covid, sehingga anjing yang mendeteksi aroma yang terkait dengan demam atau pneumonia tidak akan efektif.

Di Uni Emirat Arab, anjing-anjing itu bekerja dengan sampel urin, sementara di Miami, mereka hanya berjalan di sepanjang barisan orang.

"Jika anjing mengira flu sebagai Covid, itu jelas merupakan kesalahan krusial," tandas Dr. Otto.
Selain itu, jika Pemerintah akan melakukan atau menyetujui anjing untuk deteksi Covid secara resmi, beberapa standar harus ditetapkan tentang bagaimana anjing harus dilatih dan bagaimana kinerjanya harus dievaluasi.

Baca Juga: Bawang Putih Miliki Efek Samping! Berikut Dampak Buruknya Bagi Kesehatan

Dr. Otto mengatakan bahwa bahkan jika standar ditetapkan dengan jelas, menemukan cukup banyak anjing untuk melakukan deteksi aroma secara luas menjadi masalah yang lain.

Anjing terlatih tidak mudah didapat. “Kami kekurangan anjing di negara ini untuk pendeteksi bom. Kami sudah berurusan dengan itu selama bertahun-tahun, ”katanya.

Selain itu, anjing yang terlatih dengan baik juga mahal dan membutuhkan penanganan oleh pelatih yang baik.

Baca Juga: Makanan Penghilang Bau Badan, Murah dan Mudah Ditemukan!

Menurut laporan itu, seeokor anjing mungkin berharga $ 10.000 (sekitar Rp142 juta lebih), dan pelatihan aroma per anjing adalah $ 16.000 (sekitar Rp227 juta lebih).

Administrasi Keamanan Transportasi, misalnya, memiliki fasilitas pelatihan senilai $12 juta (sekitar Rp171 miliar) di San Antonio untuk anjing dan penangan pendeteksi bahan peledak, dan memperkirakan biaya pelatihan untuk anjing dan penangannya sebesar $33.000 (sekitar Rp469 miliar) untuk pendeteksian bahan peledak, dan $46.000 (sekitar Rp654 miliar) untuk pemeriksaan penumpang. ***

Editor: Indramawan

Sumber: NYTimes

Tags

Terkini

Terpopuler