Baca Juga: Teman Bus Bakal Berbayar Mulai 31 Oktober 2022, Berikut Tarif yang Berlaku di Berbagai Kota
Pendiri Nahdlatul Ulama tersebut membacakan seruan tentang perintah kepada umat Islam untuk berperang (jihad) melawan tentara Sekutu yang ingin menjajah kembali wilayah Indonesia pasca proklamasi kemerdekaan.
“Membela tanah air dari penjajah hukumnya fardlu ‘ain atau wajib bagi setiap orang,” ucap KH. Hasyim Asy'ari yang menyerukan jihad pada saat itu.
Seruan tersebut kemudian membakar semangat para santri di Kampung Bubutan, Surabaya yang kemudian menyerang Markas Bridge 49 Mahratta pimpinan Brigadir Jenderal Aulbertin Walter Sothern Mallaby.
Pertempuran tersebut berlangsung selama tiga hari berturut-turut, yakni pada 27-29 Oktober 1945.
Dalam pertempuran tersebut, Jenderal Mallaby beserta pasukannya yang berjumlah 2000 orang tewas.
Pertempuran tersebut kemudian menyulut kemarahan angkatan perang Inggris, yang akhirnya berujung pada Peristiwa 10 November 1945.
Meskipun penetapan Hari Santri Nasional dilatarbelakangi oleh resolusi jihad yang diserukan oleh KH Hasyim Asy’ari, namun peringatan ini tidak dimaksudkan untuk kelompok atau golongan tertentu.
Peringatan Hari Santri Nasional di Indonesia ini harus dimaknai sebagai upaya meningkatkan nasionalisme di kalangan umat Islam yang sudah ada sejak zaman penjajahan dulu.