Respon Pernyataan Menag Gus Yaqut Soal Doa Lintas Agama, Organisasi Sayap PKS: Toleransi Bukan Sinkretisme

8 April 2021, 16:25 WIB
Dr. Indra Kusumah, Presiden Gema Keadilan (Organisasi Sayap Partai PKS) /Instagram @aindraku

MEDIA JAWA TIMUR - Organisasi sayap Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Gema Keadilan merespon pernyataan Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas yang meminta supaya setiap acara dalam Kementrian Agama diisi dengan doa lintas Agama. 

Dr. Indra Kusumah selaku Presiden Gema Keadilan menegaskan bahwa toleransi bukanlah Sinkretisme. Ia menjelaskan jika usulan Gus Yaqut tersebut dilaksanakan maka akan ada dua kemungkinan skema yang dilakukan. 

Skema pertama menurut Indra, nantinya akan ada satu orang yang membacakan doa semua agama. Sedangkan untuk skema kedua, akan ada 6 orang yang secara bergiliran membacakan doa sesuai agamanya.

Baca Juga: Sebut Kemenag Tidak Hanya Mengurusi Soal Agama Islam, Gus Yaqut Minta Pembukaan Acara Diisi Doa Lintas Agama

Namun kedua skema tersebut, menurut Indra memiliki kekurangannya masing-masing.

"Kemungkinan pertama, itu termasuk kategori sinkretisme, yaitu mencampuradukan satu agama dengan agama lain. Setiap orang cukup membaca doa sesuai ajaran agamanya saja, tidak boleh dipaksa membaca doa dari ajaran agama yang tidak dianutnya," jelas Indra sebagaimana dilansir dari keterangan tertulisnya pada Kamis, 08 April 2021. 

"Kemungkinan kedua, ini masih mungkin dilaksanakan, namun pelaksanaannya akan menghabiskan waktu banyak dan anggaran berkali lipat. Waktu untuk pembacaan doa akan enam kali lebih lama, dan Kemenag setiap acara berarti harus menyiapkan enam anggaran untuk pembaca doa," lanjutnya. 

Baca Juga: Efek Samping Vaksin AstraZeneca: Potensi Risiko Pembekuan Darah

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa masalah lain akan muncul ketika peserta yang hadir hanya terdiri dari salah satu atau dua Agama saja. 

"Jika peserta yang hadir hanya terdiri dari satu atau dua agama misalkan, tapi doanya harus dari semua agama yang diakui di Indonesia. Masa harus cari orang hanya untuk pembaca doa padahal pesertanya tidak ada dari agama tersebut?," jelas Indra. 

Menurutnya kondisi saat ini sudah cukup ideal, dengan hanya memakai satu pembaca doa dari Agama mayoritas yang hadir. Sedangkan untuk agama lain, bisa menyesuaikan berdoa sesuai agama masing-masing.

Baca Juga: Usai Imam Nahrawi, KPK Kini Eksekusi Eks Bupati Bogor Rachmat Yasin ke Lapas Sukamiskin

"Misalkan di Jawa Barat pembacaan doa biasanya oleh muslim, di Sulawesi Utara biasanya oleh Kristiani dan di Bali oleh pemuka agama Hindu," tegasnya. 

"Peserta dari agama lain menyesuaikan berdoa sesuai ajaran agamanya. Itu toleransi. Semua saling menghormati tanpa harus mencampuradukan ajaran satu agama dengan agama lain," pungkasnya. 

***

Editor: Syifa'ul Qulub

Sumber: pks.id

Tags

Terkini

Terpopuler