Network
MEDIA JAWA TIMUR – Ibadah haji merupakan rukun iman kelima dan hanya dilakukan satu tahun sekali.
Ibadah haji ini merupakan salah satu jejak yang ditinggalkan oleh Nabi Ibrahim a.s dan anaknya, Nabi Ismai a.s.
Siti Hajar, dalam sejarahnya ketika mencarikan air untuk nabi Ismail a.s., juga menjadi salah satu rukun dalam ibadah haji yang disebut dengan sa’I (berlari-lari kecil dari bukit shafa ke bukit marwah sebanyak 7x).
Baca Juga: Mengenal Hajar, Ibu Nabi Ismail yang Berlarian antar Bukit Shafa-Marwah dan Kini Menjadi Rukun Haji
Mengingat sakralnya ibadah haji yang hanya setahun sekali dan dilakukan bagi muslim yang mampu, tentu diharapkan agar lancar dan tidak halangan.
Akan tetapi, berhalangan saat melaksanakan haji. Baik itu karena haid ataupun sakit. Apalagi jika halangan itu terjadi ketika menjalani rangkaian kegiatan yang diwajibkan.
Contohnya adalah umroh wajib. Dalam ibadah haji yang dilaksanakan pada bulan Dzulhijah, umroh memang menjadi rangkaian kegiatan wajib yang jika dtinggalkan menjadi tidak sempurna hajinya bahkan tidak sah.
Lantas bagaimana jika jemaah haji berhalangan, entah karena haid atau sakit ketika sedang umrah wajib?
