MEDIA JAWA TIMUR - Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi, berulang tahun yang ke-60 pada Minggu, 27 November 2022, hari ini.
Perempuan yang memiliki nama lengkap Retno Lestari Priansari Marsudi tersebut pernah berkuliah di Universitas Gajah Mada dan Haagse Hogeschool.
Berikut riwayat pendidikan, riwayat pekerjaan, dan informasi lainnya tentang Menlu Retno Marsudi:
Nama Lengkap:
Retno Lestari Priansari Marsudi
Tempat/Tanggal Lahir:
Semarang, 27 November 1962
Riwayat Pendidikan:
- Sarjana Ilmu Hubungan Internasional Universitas Gajah Mada, Yogyakarta (1981-1985)
- Pascasarjana Studi Undang-Undang Uni Eropa Haagse Hogeschool, Belanda.
Riwayat Pekerjaan:
1. Staf Biro Analisa dan Evaluasi untuk kerja sama ASEAN (1986).
2. Staf Penerangan KBRI Canberra (1990-1994).
Baca Juga: Rangkaian Acara Festival Gubernur Soerjo 2022 Jawa Timur: Ceramah Kebangsaan hingga Lomba Menyanyi
3. Sekretaris Satu Bidang Ekonomi KBRI Den Haag (1997-2001).
4. Direktur Kerjasama Intra dan Antar Regional Amerika dan Eropa (2001-2003).
5. Direktur Eropa Barat (2003-2005).
6. Duta Besar Republik Indonesia untuk Kerajaan Norwegia dan Republik Islandia (2005-2008).
7. Direktur Jenderal Amerika dan Eropa (2008-2012).
8. Duta Besar Republik Indonesia untuk Kerajaan Belanda (2012-2014).
9. Menteri Luar Negeri (2014-sekarang).
Baca Juga: Sinopsis Mindcage, Film Thriller yang Akan Tayang di Bioskop Indonesia: Tampilkan John Malkovich
Instagram resmi Sekretariat Kabinet @sekretariat.kabinet membagikan foto Menlu Retno Marsudi untuk mengucapkan selamat ulang tahun.
"Semoga selalu diberikan kesehatan dan kekuatan dalam menjalankan tugas-tugas negara sebagai Menteri Luar Negeri, ya." bunyi keterangan unggahan tersebut.
Mereka juga menandai Instagram @retno_marsudi, sekaligus membagikan pernyataan bijak perempuan yang lahir di Semarang itu.
Menurut Menlu Retno, pekerjaan adalah hal yang harus dicintai agar menjalankannya dengan tanpa terasa ada paksaan.
"Kalau kita bekerja memang kita harus mencintai pekerjaan. Karena kalau kita nggak cinta sama pekerjaan kita, akhirnya yang ada cuma terpaksa dan kalau terpaksa itu pasti ada batasan waktunya." kata Retno.***