Modifikasi Honda Verza 2017 ala Royal Enfield Classic 500 untuk Maskot Warung Surodinawan Mojokerto

- 5 April 2021, 08:45 WIB
Honda Verza 2017 dimodifikasi menyerupai Royal Enfield Classic 500  garapan WS Udek Oto.
Honda Verza 2017 dimodifikasi menyerupai Royal Enfield Classic 500 garapan WS Udek Oto. /Indramawan/Otoplus-Online

MEDIA JAWA TIMUR – Karena Warung Surodinawan miliknya jadi pusat kuliner di Mojokerto, dan tempat kongkow berbagai komunitas, maka Dr. Ir. H. Sumarno, MMA, IPM selaku pemilik usaha punya ide bikin motor maskot.

Kebetulan pria yang juga berbisnis sebagai supplier ayam potong untuk beberapa kota di Jawa Timur, seperti Madiun, Kertosono, Nganjuk, Tulungagung, Mojokerto, Gresik, ini punya beberapa motor operasional yang mangkrak, salah satunya Honda Verza 2017 ini

"Daripada nganggur, kita manfaatkan sebagai maskot Warung Surodinawan saja," buka Sumarno.

Modifikasi Honda Verza 2017 ini dimaksudkan sebagai maskot warung kuliner di Surodinawan Mojokerto.
Modifikasi Honda Verza 2017 ini dimaksudkan sebagai maskot warung kuliner di Surodinawan Mojokerto. Otoplus-Online

Untuk konsep desainnya, pria yang juga adalah Wakil Rektor II Universitas Tribhuwana Tunggadewi [UNITRI] Malang ini terinspirasi classic look dari motor-motor Inggris, seperti Triumph, dan Royal Enfield.

Setelah diskusi dengan tim WS Udek Oto, bengkel modifikasi di Gresik yang ditunjuk sebagai eksekutor, akhirnya disepakati untuk menjadikan Royal Enfield Classic 500 sebagai inspirasi.

"Kebetulan Pak Sumarno pengin detail seperti springer seat atau jok model sepeda, tangki dan cover bodi serba bulat, dan sepatbor depan-belakang dari pelat yang lebar," buka Wuddy 'Udek' Sumanja, owner WS Udek Oto, Gresik.

Baca Juga: Motor Lawas Tahun 1990 – 2000an Banyak Dicari Karena Trend Restorasi

"Mirip-mirip motor perang jaman dulu. Dari detail ini kami menyepakati Royal Enfield Classic 500 sebagai acuan," imbuh Udek yang kemudian menunjuk Piet Hein Tuerah alias Pieter sebagai builder dalam project ini.

Untuk mewujudkan konsep tersebut, perubahan terbesar ada pada bagian rangka dari tengah ke belakang.

"Pembuatan frame samping kiri dan kanan kita menggunakan pipa seamless diameter 22 mm dan tebal 3 mm, karena kekuatan rangka belakang sangat penting untuk tumpuan utama atau dudukan sokbreker belakang dan jok," ulas Pieter.

Baca Juga: Komunitas Mini Bike di Bali Ini Trabasan ke Kawah Wurung Bondowoso, dan Puncak B29 Lumajang

Sementara untuk kaki-kaki, fork depan menggunakan punya GL Max yang dikondom plat 1,5mm.

"Kita pakai fork GL Max karena ada mata kucingnya. Biar kesan klasiknya dapat," tunjuk Pieter sambil menambahkan, sokbreker belakang menggunakan produk aftermarket ukuran 28.

"Untuk swingarm, kita pakai bawaan motor, karena kita tidak ingin mengubah jarak wheelbase, supaya motor tetap nyaman dikendarai," kata Pieter yang memakai lingkar pelek ukuran 160-185/17 dibalut ban 90/80-17 untk depan, dan 90/90/17 untuk belakang.

Baca Juga: Yamaha Manjakan Konsumen Wanita Lewat Lexi Lady Time di Momen Hari Kartini Bersama Anya Geraldine

Beralih ke bodi, komponen seperti tangki, cover aki, sepatbor depan dan belakang, semuanya dibikin sendiri dari plat Galvanis 1,2mm.

"Begitu pula jok yang dibuat dari plat besi 3mm," sebut pria kelahiran Surabaya, 20 April 1984 ini.

Paling sulit menurutnya adalah, bagaimana caranya tidak mengubah sistem injeksi bahan bakar meskipun konsepnya adalah motor klasik.

Baca Juga: Shell Mulai Perkenalkan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) untuk Pertama Kalinya di Indonesia

"Kita sempat beberapa kali mengubah bagian bawah tangki supaya injeksi bisa terpasang dengan benar," tutup Pieter. ***

Editor: Indramawan

Sumber: otoplus-online


Tags

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x