Tegas Tolak Taliban, Menlu Italia: Terdapat 17 Teroris di Kalangan Para Menteri

27 September 2021, 09:00 WIB
Tentara Taliban terlihat di salah satu alun-alun kota utama Kabul, Afghanistan, 1 September 2021 /WANA (West Asia News Agency) via REUTERS

MEDIA JAWA TIMUR - Pemerintah Italia secara tegas menolak kepemimpinan kelompok Taliban di Afganistan. Pihaknya menyebut bahwa terdapat 17 teroris yang menduduki jabatan Menteri. 

Hal ini disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Italia, Luigi Di Maio pada Minggu, 26 September 2021 saat memimpin pertemuan para menteri luar negeri G20 di New York, Amerika Serikat.

"Pengakuan terhadap pemerintahan Taliban mustahil, sebab terdapat 17 teroris di kalangan para menteri dan hak asasi kaum perempuan serta anak perempuan masih dilanggar," kata Di Maio dikutip dari Reuters via Antara

Baca Juga: Mantan Kepala Kantor Politik Taliban Mullah Baradar Bantah Adanya Konflik Internal: Tidak Benar!

Kendati demikian, Di Maio mengaku sadar akan kebutuhan bantuan finansial yang sempat dibekukan usai kepemimpinan Taliban. 

"Untuk sementara mereka tidak bisa membayar gaji. Jelas, kita harus menjauhkan Afghanistan dari kegagalan dan arus migrasi yang tak terkendali yang dapat mengganggu stabilitas negara-negara tetangga," ungkapnya. 

"Ada cara untuk mengamankan dukungan finansial tanpa memberikan uang kepada Taliban. Kami juga sepakat bahwa bagian dari bantuan kemanusiaan harus selalu diperuntukkan bagi perlindungan kaum perempuan dan anak-anak perempuan," lanjutnya. 

Baca Juga: Rezim Taliban Izinkan Perempuan Afghanistan Belajar di Perguruan Tinggi dengan Syarat

Di Maio menegaskan bahwa negara-negara G20 bersama dengan negara tetangga Afghanistan berkomitmen untuk memerangi terorisme, dan berupaya menegakkan HAM. 

Saat disinggung soal tanggal pasti kapan KTT khusus Afghanistan digelar, Di Maio mengatakan bahwa pertemuan itu akan digelar pada beberapa pekan ke depan. 

"Tanggalnya belum diumumkan, tetapi kondisinya sudah siap untuk menggelar KTT G20, yang akan dipimpin oleh Perdana Menteri Mario Draghi," pungkasnya. 

***

Editor: Syifa'ul Qulub

Sumber: Reuters ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler