Network
MEDIA JAWA TIMUR - Action figure karakter Ibu dalam film "Pengabdi Setan" akan diproduksi dan bisa dibeli oleh penggemar secara umum.
Action figure merupakan figur karakter yang dibuat semirip mungkin dari karakter dalam film, serial, komik, game, atau lainnya. Biasanya memiliki ukuran yang lebih kecil dibanding karakter tiruan.
Sosok ibu merupakan karakter yang ikonik dalam film "Pengabdi Setan" dan "Pengabdi Setan 2: Communion".
Action figure Ibu dibuat setelah film "Pengabdi Setan 2: Communion" tayang di bioskop. Popularitas film pertama membuat sekuelnya mendapat antuas yang luar biasa.
Di hari pertama penayangan, "Pengabdi Setan 2: Communion" telah ditonton lebih dari 500 ribu orang, dan mendapatkan lebih dari satu juta penonton di hari kedua.
Tagar resmi yang digunakan "Pengabdi Setan 2: Communion" adalah #teroribusepanjangmasa, dengan poster utama menampilkan Ibu dan dua hantu pocong di belakangnya.
Baca Juga: Tak Kebagian Collectible Ticket Jujutsu Kaisen, Masih Bisa Dapat Action Figure dan Bookmark!
Sosok misterius ini pun dikenal oleh para penggemar film di Indonesia. Sehingga wajar jika karakter Ibu diproduksi menjadi action figure.
Dolanan Keren bersama Sutradara Pengabdi Setan, Joko Anwar menginformasikan terkait action figure Ibu.
Action figure tersebut akan dibuat berdasarkan jumlah pesanan yang masuk saja, dan akan diberi nomor seri.
"Max Qty 50pcs dgn serial number," tulis pengumuman Dolanan Keren, dikutip Mediajawatimur.com.
Harga preorder adalah Rp2.950.000, dan akan mendapatkan bonus figure Pocong Sujud.
Dolanan Keren juga menginformasikan bahwa item ini tidak diproduksi oleh pabrik, melainkan oleh seniman.
Untuk informasi lebih lanjut, Anda dapat memantau media sosial Dolanan Keren dan Joko Anwar.
Mediajawatimur.com tidak bertanggung jawab dengan segala transaksi yang Anda lakukan.
Sebagai informasi, "Pengabdi Setan 2: Communion" menceritakan keluarga Rini usai Ibu dan adik bungsunya meninggal dunia.
Beberapa tahun setelah berhasil menyelamatkan diri dari kejadian mengerikan yang membuat mereka kehilangan ibu dan si bungsu Ian, Rini dan adik-adiknya, Toni dan Bondi, serta Bapak tinggal di rumah susun.
Mereka percaya tinggal di rumah susun aman jika terjadi sesuatu karena ada banyak orang.
Namun, mereka segera menyadari bahwa tinggal bersama banyak orang mungkin juga sangat berbahaya, jika mereka tidak sangat mengenali siapa saja yang menjadi tetangga mereka.
Pada sebuah malam penuh teror, Rini dan Keluarganya harus kembali menyelamatkan diri. Tapi kali ini, mungkin sudah terlambat untuk lari.***
