“Ya di luar prediksi ya, jadi mereka tidak bisa keluar dari tekanan. Dua-duanya jadi tegang dan pola mainnya tidak normal, tidak bisa seperti biasanya,” tutur Herry.
“Sebaliknya, lawan bisa menerapkan pola mainnya enak, enjoy, tidak tegang, dan bisa mengeluarkan semua kemampuannya,” tambahnya.
Di samping tekanan yang besar, performa kurang maksimal yang ditampilkan Marcus/Kevin juga bisa jadi disebabkan karena kurangnya jumlah pertandingan.
“Mereka terlalu beban, tidak bisa mengatur pikirannya, mungkin terlalu berekspektasi atau bagaimana jadi mainnya kacau. Faktor mereka tidak ada pertandingan, juga ada,” jelasnya.
Herry mengaku kondisi seperti itu pernah dia temui ketika Marcus/Kevin bertanding di Kejuaraan Dunia 2018 atau 2019.
Namun, menurutnya permainan Marcus/Kevin di babak Perempat Final Olimpiade Tokyo 2020 ini memang terlihat lebih tidak terkontrol.
Baca Juga: Isu Doping Muncul di Olimpiade Tokyo 2020, Atlet Windy Cantika Berkesempatan Bawa Medali Perak
Akibatnya, mereka seringkali membuat kesalahan sendiri ketika poin semakin tertinggal jauh dari pasangan Malaysia Aaron/Soh.
“Mirip-mirip lah masalahnya, tapi saya tidak sangka di Olimpiade ini permainannya sama sekali tidak keluar. Waktu Kejuaraan Dunia permainannya masih oke,” ucap Herry.