Ismail Fahmi Ungkap Besaran Gaji Produsen Berita Hoax: Bersih Bisa Dapat 10 sampai 15 Juta per Bulan

9 Agustus 2021, 12:20 WIB
Ismail Fahmi mengungkap besaran gaji penyebar Hoax.* //Dok. Muhammadiyah//

MEDIA JAWA TIMUR - Pendiri Drone Emprit, Ismail Fahmi mengungkap besaran gaji bulanan yang didapat oleh produsen berita hoax. 

Tak tanggung-taggung, pria yang juga menjabat sebagai Direktur Media Kernels Indonesia itu menyebut bahwa penghasilan produsen berita hoax bisa mencapai 10 hingga 15 Juta. 

Lebih lanjut, ia menjelaskan soal pola kerja para produsen berita hoax. Menurutnya, produsen berita Hoax biasanya berasal dari gabungan konten dari berbagai akun media sosial yang berbeda.

Baca Juga: Kabar Syarat Wajib Vaksin Untuk Pembuatan SIM-SKCK Dipastikan Hoax

Menurut Ismail Fahmi, ciri informasi hoax menargetkan psikologi atau perasaan masyarakat untuk mematikan logika khalayak.

Ia menjelaskan bahwa pada dasarnya pendapatan produsen berita hoax itu beragam. Namun rata-rata pendapatan bersih bisa mencapai Rp10 hingga Rp15 Juta. 

"Bersih-bersihnya ia bisa mendapat Rp10 sampai Rp15 juta sebulan dari membuat berita hoax," ungkap Ismail Fahmi dalam Pengajian Pimpinan Muhammadiyah-Aisyiyah se-DIY pada Sabtu, 07 Agustus 2021.

Baca Juga: Gubernur Jawa Timur Khofifah Kembali Positif Covid-19, Awas Ada Hoax Pesan WhatsApp Beredar!

Ismail menjelaskan bahwa ketika para produsen berita hoax itu mengunggah konten mereka ke sebuah situs, akan ada biaya iklan yang mereka dapatkan.

"Kemudian ada orang datang ke situs dia, ada iklannya, kemudian menyebar ke sana- ke mari," ujarnya dilansir dari laman resmi Muhammadiyah. 

Ismail Fahmi juga menjelaskan bahwa cara yang digunakan oleh kelompok tersebut bernama context college.

Baca Juga: Ngamuk Soal Berita Hoaks Covid-19, dr Tirta: Pipismu Mau Jadi Jus Jeruk?

Mereka membuat video dari kumpulan potongan video lain yang aslinya tidak berhubungan, namun dibuat seperti sebuah cerita utuh.

"Video-video yang gak nyambung, tapi ketika disambungin membentuk sebuah cerita. Teori konspirasi kebanyakan seperti itu, dan itu dipotong-potong saja,” jelasnya. 

Dia menambahkan, kondisi penyebaran tersebut diperparah dengan adanya generasi 'kolonial' yang gemar berbagi informasi tanpa disaring terlebih dahulu.

Baca Juga: Hoaks Anang Hermansyah Meninggal, Ashanty: Parah Banget Sih Bikin Berita Kaya Gini!

Namun, Ismail berkaca pada masyarakat Inggris yang dikenal sudah modern dengan daya literasi tinggi tapi masih bisa terpengaruh berita hoax.

Ia menyebut kasus orang tua yang terpapar berita hoax semacam itu tidak begitu mengherankan. 

World Health Organisation (WHO) menyebut upaya yang dapat dilakukan adalah membuat banyak konten media sosial berisi fakta dan sains yang disajikan dengan tampilan yang menarik.

***

Editor: Syifa'ul Qulub

Sumber: Muhammadiyah.or.id

Tags

Terkini

Terpopuler