Film ini juga upaya untuk mencoba menerjemahkan nilai-nilai tersebut agar bisa tumbuh berkembang di era sekarang.
"Apa benar istri itu menyadari dan merasa bahwa dirinya itu saktinya seorang suami," lanjut seniman yang bernama asli Heri Prasetyo tersebut.
Dalam proses pembuatan film ini, Heri membutuhkan waktu yang cukup lama untuk melakukan riset sejak Juni 2022 lalu, yang kemudian dilanjutkan penyusunan naskah, pencarian gerak dan simbol-simbol, latihan koreografi, hingga pengambilan gambar.
Baca Juga: Peringatan Dini 3 Harian Cuaca Ekstrem Turun di Wilayah Jawa Timur Mulai 23 hingga 25 November 2022
Menariknya, selain Dewi Durga, salah satu sosok perempuan yang menjadi inspirasi pembuatan film ini ialah kehadiran seorang penari yang tengah hamil.
"Penari yang sedang hamil. Itulah saktinya perempuan. Dalam rangka menghormati tubuh seorang yang sedang hamil juga menghormati janin yang ada di dalamnya,"
"Kita udah ada banyak konsep, tapi tiba-tiba muncul seorang penari yang hamil menurut saya itu sebuah berkah," ungkap Heri Lentho.
Tak hanya itu, pengambilan gambar dilakukan di tiga lokasi yang berbeda, yaitu Cadi Badut (Kota Malang), Candi Singasari (Kabupaten Malang), dan Candi Belahan (Kabupaten Pasurua).
Agenda selanjutnya, penggagas Parade Surabaya Juang tersebut berencana untuk membuat pertunjukan mengangkat budi pekerti yang akan melibatkan anak-anak PAUD dan TK.